Dulu sekali, ayah dari
kakekku yang kebetulan sekali beliau adalah seorang tentara yang tidak turut
‘hijrah’ ke Jogjakarta karena konsekuensi dari perjanjian antara Belanda dan
Indonesia yang hasilnya antara lain, Indonesia hanya tinggal Jogjakarta saja. Memberikan
aku sebuah ‘tuntunan’ dalam menjalani hidup pada masa ‘perjuangan’.
Hidup ini mesti matang
dalam bertindak dan berfikir, saat musuh memperlihatkan sesuatu yang seolah
punya mereka. Sebenarnya mungkin bukanlah begitu kebenarannya. Saat musuh
sedang berusaha memperlihatkan keberaniannya, sebenarnya mungkin saja itu
bukan keberaniannya. Saat musuh menunjukkan kebaikannya, maka balaslah kebaikan
itu dengan tulus dan waspada.
Hidup adalah
penyegeraan dalam memilih kejayaan. Kejayaan datang dalam masa yang terkadang
tak akan kita bisa rencanakan, perencanaan hanya pada masalah teknis dan
pelaksanaan. Adapun hasilnya adalah waktu yang akan memberikan penekanan untuk
itu.
Hidup adalah perjuangan
yang tak berujung. Ujungnya perjuangan adalah saat dimana pintu kejayaan
tertutup dalam-dalam pada benak manusia. Ujungnya perjuangan saat manusia tak
punya lagi keberanian dalam mengalahkan musuh-musuhnya. Dan musuh manusia
terbesar adalah dirinya sendiri.
Pecundang adalah saat
dimana manusia membutuhkan dirinya, ia bergegas menjadikan dirinya tak berguna
untuk orang lain, walau dalam keadaan mampu untuk bermanfaat. Pecundang adalah
manusia yang hidup berlebihan diantara kekurangan saudara-saudaranya. Saat
kelebihan itu menjadi tontonan saudara-saudaranya yang kekurangan maka saat
itulah dia menjadi pecundang. Saat penyakit ‘wahn’ menguasai dirinya maka saat
itu juga dia boleh dipanggil pecundang.
Di penghuung kalimat
beliau memberikan penekanan berarti dalam bahasa yang sangat ku mengerti “Saat
saudaramu membutuhkan kemudahan bagimu, lalu engkau persulit mereka dengan
mereka-reka cara, TEU SOHOR, DANG! SAKALI DEUI TEU SOHOR!, Wallahu a’lam.
Semoga Allah, Tuhan
Semesta Alam. Menjaga manusia dalam suka dan dukanya, tidur dan jaganya, sehat
dan sakitnya, benar dan salahnya, serta ruku dan sujudnya.
Walhamdulillah.(SN-DDG)
0 komentar:
Posting Komentar